Di suatu massa, Abu Bakar pernah marah terhadap sepupunya, Misthah bin Utsatsah yang turut menjadi provokator fitnah yang menimpa Aisyah dalam peristiwa haditsul ifki. “Demi Allah aku tidak akan memberikan bantuan kepada Misthah sebab apa yang telah ia katakan tentang Aisyah”, tegas Abu Bakar.

Kemudian, Allah SWT menurunkan surat An Nur (24) ayat 22 yang berbunyi, “… dan hendaklah mereka memaafkan dan berlapang dada. Apakah kamu tidak suka bahwa Allah mengampunimu? Dan Allah Maha Pengampun, Maha Penyayang.” Sesaat setelah mendapati informasi mengenai ganjaran bagi mereka yang memaafkan, Abu Bakar pun segera memaafkan Misthah, “Karena dengan aku memaafkan, Allah mengampuni dosa-dosaku”, jelasnya.

Demikianlah balasan bagi sang pemberi maaf, yakni ampunan Allah akan dosa-dosa yang telah lalu. Nah, siapakah disini yang ingin mendapatkan ampunan? Meski tidak mudah untuk memaafkan orang yang menyakiti hati kita, mari tetap belajar untuk bisa memaafkan.

Pertama, tenangkan diri dengan mencoba memahami banyak hal. Ambil jeda waktu untuk tidak bertemu dengan pihak yang membuat kita sakit hati; baik secara langsung maupun tidak, dengan tujuan untuk mengistirahatkan hati yang sedang terluka.

Hal ini juga pernah dilakukan oleh Rasulullah pasca Fathu Makkah. Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bertemu dengan Wahsyi bin Harb, pembunuh Hamzah di Perang Uhud yang sudah masuk Islam. “Apakah kamu Wahsyi?”, tanya Rasulullah. “Kamukah yang membunuh pamanku Hamzah?”, lanjutnya. Tetapi menariknya, untuk menjaga perasaan Rasulullah Wahsyi menjawab, “Qad kana minal amri maa balaghaka; Sebagaimana informasi yang engkau terima Ya Rasulullah”.

Rasulullah pun secara gamblang meminta, “Fahal tastathi’u an tughayyiba wajhaka ‘anni; Apakah aku bisa tidak melihat wajahmu?”. Disini, Rasulullah tidak ingin bertatap muka atau bertemu bukan untuk menunjukkan kebencian dan putusnya silah ukhuwah. tetapi, ini bisa menjadi solusi untuk menenangkan hati.

Kedua, nilai segala sesuatu dengan sudut pandang kebaikan. Disaat perasaan merasa sangat tersinggung, fitnah bertebaran, pun ketika dizalimi orang sekitar yang begitu meluka hati, tetap cobalah untuk melihat bahwa setiap apa yang Allah takdirkan pasti ada selipan kebaikan didalamnya.

Maka, belajarlah untuk menilai dari sisi kebaikan. Apalagi dengan maqbulnya doa-doa orang yang terzalimi, manfaatkan momen ini sebagai waktu untuk memohon sebanyakbanyaknya kebaikan bagi diri dan sekitar kepada Allah. Tadabburi ayat atau hadits tentang balasan akan perilaku sabar dan cari sudut pandang lainnya sehingga dengan itu rasa sempit dan sakitnya hati sedikit demi sedikit dapat berkurang dan menjadikan diri ini bangkit kembali.

Ketiga, Balaslah dengan kebaikan. Hal ini mengikuti titah Allah dalam surat Fushilat (41) ayat 34 yang berbunyi, “Tidaklah sama kebaikan dengan kejahatan. Tolaklah (kejahatan) dengan perilaku yang lebih baik sehingga orang yang ada permusuhan denganmu sertamerta menjadi seperti teman yang sangat setia.” Kedepankan logika berpikir yang objektif dengan mengingat kebaikankebaikan yang dulu biasa atau pernah dia lakukan. Semoga mempermudah kita untuk belajar memaafkan.

Sebuah kisah dicontohkan oleh seorang ahli surga yang mengajarkan untuk memaafkan sebelum orang lain meminta maaf padanya. Ia menceritakan hal ini kepada Abdullah bin Amru bi Ash. “Anni laa ajidu fi nafsiili li ahadin minal muslimina ghisysyan; Aku tidak merasa dengki dan dendam dalam hatiku kepada seorang muslim pun” (HR. Ahmad). Sebab memaafkan adalah sesuatu yang sulit dilakukan, maka Allah janjikan ganjaran besar padanya.

Keempat, doakan kebaikan untuk mereka. Mari berharap pinta kepada Allah semoga hati ini selalu terjaga dari dendam dan dengki. Sering-seringlah melafalkan doa-doa terbaik untuk menjaga hati, salah satunya, “Ya Rabb kami, beri ampunlah kami dan saudara-saudara kami yang telah beriman lebih dulu dari kami, dan janganlah Engkau membiarkan kedengkian dalam hati kami terhadap orang-orang yang beriman; Ya Rabb kami, Sesungguhnya Engkau Maha Penyantun lagi Maha Penyayang”. (QS. Al Hasyr: 10).

Maka, terhadap apapun yang dialami saat ini, mari berlatih untuk memaafkan dan jadikan ia sebagai pengalaman dan pelajaran kehidupan untuk masa depan. Bitaufiqillah.

Oleh:
Ustaz Heru Kusumahadi M.PdI
Pembina Surabaya Hijrah (KAHF)

————————

Tunaikan Zakat Infaq Sedekah dan Wakaf di Lembaga Amil Zakat Nasional LMI, transfer bank:
💳 BSI: 708 2604 191
a.n Lembaga Manajemen Infaq

atau klik https://www.zakato.co.id/payment/?pid=1425

Konfirmasi: 0823 3770 6554


LAZ Nasional LMI Jakarta – Banten – Jawa Barat
Jalan Gelatik I Blok V2/2 Rengas, Ciputat Timur, Tangerang Selatan
www.zakato.co.id | Hotline: 0823 3770 6554
SK Kementrian Agama Republik Indonesia No. 672 Tahun 2021
SK Nazhir Wakaf Uang BWI No. 3.3 00231 Tahun 2019

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *