Lailatul qadar adalah malam yang istimewa, malam yang lebih baik daripada seribu bulan, dan hanya diberikan kepada Umat Rasulullah saw. Suatu ketika, Rasulullah saw merasa sedih karena memikirkan umur umatnya yang sangat pendek apabila dibandingkan dengan umur umat terdahulu. Umat Rasulullah yang rata-rata berumur antara 60 sampai 70 tahun, tentu sangat jauh apabila dibandingkan dengan umat terdahulu yang umurnya mencapai ratusan tahun, bahkan disebut dalam al-Qur’an bahwa Nabi Nuh berumur 950 tahun.
Kesedihan Rasulullah bukan karena lebih sedikitnya peluang dan kesempatan umatnya untuk menikmati hidup di dunia dibandingkan dengan umat sebelumnya, melainkan kesempatan beribadah yang tidak sebanyak umat terdahulu. Rasulullah membayangkan bahwa betapapun umatnya tekun beribadah, tidak mungkin dapat menyamai ibadah umat terdahulu yang pasti lebih banyak karena umurnya jauh lebih panjang. Merespon kesedihan Rasulullah ini, maka Allah memberikan keistimewaan berupa suatu malam yang nilainya lebih baik dari seribu bulan, sekitar 83 tahun lebih.
Keistimewaan lailatul qadar tidak lain adalah bukti kecintaan Allah kepada hambanya, yaitu kita, umat Rasulullah saw. Karena lailatul qadar merupakan bukti cinta, maka seharusnya kita berusaha untuk dapat meraih keistimewaan ini dengan mengerahkan segala daya dan upaya. Bersikap acuh tak acuh ketika diberi anugerah yang besar merupakan ciri orang yang tidak mencintai dan tidak ingin dicintai, ciri orang yang tidak pandai berterima kasih dan tidak mau bersyukur, dan itu bukan ciri umat Rasulullah.

Mengejar cinta Allah di malam Lailatul qadar dapat dilakukan dengan beberapa amaliah berikut:
- Membaca Al-Qur’an
Al Qur’an dan Lailatul qadar tidak dapat dipisahkan, seperti dua sisi mata uang. Dalam sejarahnya, al-Qur’an diturunkan pada malam lailatul qadar, dan karena inilah malam ini menjadi mulia. Kemudian kemuliaan ini diulang setiap tahun sebagai bukti cinta Allah kepada umat Rasulullah. Mengejar lailatul qadar harus dengan memperbanyak membaca al-Qur’an. - Melakukan Ibadah-Ibadah Sunnah
Dalam sebuah hadis qudsi
Allah berfirman:
“Hamba-Ku tidak henti-hentinya mendekat kepada-Ku dengan ibadah-ibadah sunnah hingga Aku mencintainya.” (HR. Bukhari)
Menunggu lailatu qadar dengan tidak melupakan shalat rawatib, shalat tahajud, syukrul wudhu dan yang sejenisnya.
- Memperbanyak Dzikir.
Menyongsong lailatul qadar juga dengan memperbanyak dzikir kepada Allah baik dengan lisan, dzikir dengan hati dan juga dzikir dengan seluruh anggota badan. Dzikir termasuk salah satu cara untuk menghidupkan hati dan menyehatkan hati. Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam mengumpamakan orang yang berdzikir dengan orang yang tidak berdzikir itu seperti orang yang hidup dengan orang yang mati.
“Perumpamaan orang yang berdzikir kepada Rabbnya dan tidak berdzikir bagaikan orang hidup dan orang mati.” (HR. Bukhari)
Selamat menyongsong lailatul qadar, semoga kita dicintai Allah.
Selamat Menjalankan Ibadah Puasa 1444 H😇
Ustadz Nasiruddin Al Bajuri, S. Th.I, M.Ag
Dewan Pengawas Syariah LAZNAS LMI
—
Tunaikan Zakat Infaq Sedekah dan Wakaf melalui Lembaga Amil Zakat Nasional LMI, transfer bank:
BSI: 708 2604 191
a.n Lembaga Manajemen Infaq
atau klik https://www.zakato.co.id/payment/?pid=1425
Konfirmasi: 0823 3770 6554
LAZ Nasional LMI Jakarta – Banten – Jawa Barat
Jalan Desa Putera No.5 RT 1 RW 17, Kel. Srengseng Sawah, Kec. Jagakarsa, Jakarta Selatan
www.zakato.co.id | Hotline: 0823 3770 6554
SK Kementrian Agama Republik Indonesia No. 672 Tahun 2021
SK Nazhir Wakaf Uang BWI No. 3.3 00231 Tahun 2019