Di antara rukun iman adalah meyakini bahwa segala yang terjadi, baik dan buruknya adalah atas kehendak Allah SWT. Meskipun demikian, tidak berarti bahwa Allah meridhai keburukan, juga tidak berarti bahwa Allah memerintahkan perbuatan maksiat. Keburukan dan perbuatan maksiat tidak akan terjadi jika Allah tidak menghendakinya. Seandainya terjadi sesuatu yang tidak dikehendaki oleh Allah, hal itu menunjukkan bahwa Allah lemah, padahal sifat lemah bagi Allah adalah mustahil.

Meskipun segala sesuatu ditentukan oleh Allah, bukan berarti manusia tidak memiliki kehendak sama sekali sebagaimana yang difahami oleh kelompok Jabariyah. Jabariyyah mengatakan bahwa manusia itu seperti bulu di udara yang tidak memiliki ikhtiar sama sekali. Bukan pula kehendak manusia menentukan segalanya sebagaimana pemahaman kelompok Qadariyyah. Mereka mengatakan bahwa Allah menghendaki kebaikan untuk semua hamba, akan tetapi sebagian hamba berbuat maksiat dan mengalahkan kehendak Allah secara paksa.

Pemahaman yang benar sebagaimana diajarkan oleh Ahlussunnah adalah bahwa manusia memiliki kehendak dan ikhtiar, akan tetapi kehendak mereka di bawah kehendak Allah, yang dikenal dengan istilah iradah juz’iyah. Dengan pemahaman seperti ini kita akan memiliki sifat optimis dan terus berusaha memperbaiki kehidupan, baik kehidupan duniawi maupun ukhrawi, karena didorong keyakinan bahwa Allah menghargai usaha kita. Bahkan Allah bisa berkenan merubah ketetapa-Nya dengan doa kita. Dengan pemahaman ini pula kita tidak akan larut dalam kesedihan berkepanjangan ketika sesuatu yang kita inginkan tidak tercapai, karena kita yakin bahwa Allah-lah yang akan memutuskan dan keputusan Allah adalah yang terbaik.

Gusdur pernah bercerita bahwa dia sempat ditolak ketika dahulu melamar sebagai dosen di IAIN Sunan Ampel karena ijazahnya tertinggal di Baghdad, Irak. Saat itu ia sedih karena merasa keinginannya tidak tercapai. Lambat laun dia menyadari bahwa penolakannya waktu itu memang kehendak Allah karena Allah merencanakan sesuatu yang lebih besar dan lebih bermaslahat. Gusdur berseloroh, “seandainya saya diterima sebagai dosen, saya tidak mungkin menjadi presiden”.

Tetaplah ikhtiar maksimal, iringi dengan do’a, hasilnya Allah yang menentukan dan takdir Allah pastilah yang terbaik.


Ustadz Nasiruddin Al Bajuri, S.Th. I, M. Ag.
Dewan Pengawas Syariah Laznas LMI

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *