Bulan Muharram adalah bulan pertama dalam sistem kalender Hijriyah atau Islam. Secara bahasa, nama Muharram berasal dari kata “haram” yang berarti suci atau terlarang. Muharram dimuliakan karena pada bulan ini diharamkan untuk melakukan peperangan.

Dalam Al-Quran, Surat At-Taubah ayat 36 disebutkan bahwa Muharram termasuk salah satu dari empat bulan suci (arba’atun hurum). Selain Muharram, tiga bulan suci lainnya adalah Zulqa’dah, Zulhijah, dan Rajab, sebagaimana dijelaskan dalam hadis yang diriwayatkan oleh Bukhari dan Muslim.

Bulan Muharram memiliki hari yang mulia bagi umat Islam. Di antaranya adalah tgl 10 yang dikenal sebagai hari Asyura. Hal ini tidak terlepas dari peristiwa-peristiwa penting yang terjadi di zaman dahulu sebelum Rasulullah SAW. Dalam hadis sahih riwayat Abu Hurairah disebutkan bahwa saat terjadi banjir besar, Nabi Nuh berlayar bersama dengan pengikutnya yang setia selama 150 hari dan berhasil bersandar di Gunung Judiy tepatnya pada tanggal 10 Muharram. Nabi Nuh bersama pengikutnya berpuasa di hari itu sebagai wujud syukur. Begitu pula peristiwa yang dialami Nabi Musa dengan Bani Israil yang berhasil melintas di laut merah sementara Fir’un dan tentaranya tenggelam, juga terjadi pada tanggal 10 Muharram. Nabi Musa berpuasa sebagai wujud syukur.

Tradisi berpuasa mensyukuri nikmat yang pernah diterima terus dilakukan oleh orang Yahudi hingga zaman Rasulullah SAW. Maka ketika Rasulullah tiba di Madinah dan mendapati orang Yahudi berpuasa, dan beliau tahu alasannya sebagai bentuk syukur, maka Rasulullah bersabda: “Aku lebih berhak mensyukuri selamatnya Nabi Musa daripada kalian orang Yahudi” Rasulullah pun berpuasa dan memerintahkan umatnya untuk puasa. (HR. Bukhari, 18650).

Puasa Asyura memiliki keistimewaan yang luar biasa. Saat Rasulullah ditanya terkait hal ini beliau menjawab, “puasa Asyura bisa menutupi dosa satu tahun sebelumnya” (HR. Muslim 1162). Imam Nawawi menjelaskan dalam Kitab Sahih Muslim bahwa yang dapat diampuni selama satu tahun itu adalah dosa-dosa kecil. Sedangkan untuk menghapus dosa besar seseorang harus melakukan taubat secara khusus.

Selain berpuasa tanggal 10 Muharram, kita juga dianjurkan berpuasa tanggal 9 Muharram yang dikenal dengan nama hari Tasu’a. Rasulullah SAW memang belum pernah melakukan puasa tanggal 9 Muharram ini dan beliau sudah berazam untuk melakukannya namun wafat terlebih dahulu sebagaimana dalam hadis riwayat Muslim 1916. Oleh karena itu Ulama bersepakat bahwa puasa tanggal 9 juga sangat dianjurkan bersama dengan tanggal 10 sebagai titik pembeda antara puasa kita dengan puasa orang Yahudi. Sebagai pembeda itu pula jika kita tidak sempat berpuasa di tanggal 9 maka kita dianjurkan untuk menggandengkan puasa tanggal 10 dengan tanggal 11.

Jadi, tingkatan puasa asyura dari yang paling rendah adalah puasa tanggal 10 saja, kemudian tanggal 10 dan 11, lalu tanggal 9 dan 10, dan yang paling utama tanggal 9, 10, 11.

Terkait perbedaan tanggal hijriyah sebagaimana terjadi pada tahun ini cukup dikembalikan pada keyakinan dan kemantapan hati masing-masing.

Semoga Allah selalu membimbing kita ke jalan yang lurus. Amin.

——————————————–
Ustadz Nasiruddin Al Bajuri, S. Th.I, M.Ag
Dewan Pengawas Syariah Laznas LMI

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *